WELCOME

SELAMAT DATANG

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday, June 3, 2011

MAKALAH BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
BAB II PERMASALAHAN 2
2.1 Bagaimana Potret Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi ? 2
2.2 Bagaimana perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam era globalisasi? 2
BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3
3.1 Potret Bahasa Indonesia Dalam Era Globalisasi 3
3.2 Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam Era Globalisasi 5
BAB IV PENUTUP 7
4.1 SIMPULAN 7
4.2 SARAN-SARAN 7
Daftar Pustaka 8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kita tengah memasuki abad XXI. Abad ini juga merupakan milenium III perhitungan Masehi. Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan akan membawa perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia.
Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultiur) dan gelombang kedua (industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada penguasaan terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
Proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan itu, antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng pertahanan dan merasa diri sebagai objek daripada subjek di dalam proses perubahan.

1.2 BATASAN MASALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1. Gambaran bahasa Indonesia dalam era globalisasi.
2. Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam era globalisasi.

BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
2.1 Bagaimana Potret Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi ?
2.2 Bagaimana perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam era globalisasi?

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Potret Bahasa Indonesia Dalam Era Globalisasi
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama hanya denga bidang-bidang kehidupan laian, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbii (1991) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam berbagai komponen kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris, misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga memempertahankan bahasa ibunya. Di Islandia, sebuah negara kecil di Erpa, yang jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris seabagai bahasa kedua, negara ini masih mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa Inggris. Di Kubekistan (Guebec), yang salama ini peraturan di negara bagian ini mewajibkan penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama, sekarang diganti dengan bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina, Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua papan nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.
Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Di Indonesia, fenomena yang sama pernah dilakukan dengan pengeluaran Surat Menteri Dalam Negeri kepada gubernur, bupati, dan walikota seluruh Indonesia Nomor 1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing. Surat itu berisi instruksi agar papan-papan nama dunia usaha dan perdagangan di seluruh Indonesia yang menggunakan bahasa asing agar diubah menjadi bahasa Indonesia. Ketika awal pemberlakukan peraturan tersebut, tampak gencar dan bersemangat usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Pemda DKI Jakarta, misalnya, bekerja sama dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengadakan teguran-teguran lisan dan tertulis, bahkan turun ke lapangan mendatangi perusahaan-perusahaan yang papan namanya menggunakan bahasa Inggris atau mencampuradukkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Inggris. Misalnya, sebelumnya terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra Mall”, “Lippo Bank”, “Mestika Bank”, dan lain=lain, sekarang diubah menjadi “Mal Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Lippa”, “Bank Mestika”.
Berbagai fenomena dan kenyataan itu akan semakin mendukung ke arah terjadinya suatu pertentangan (paradoks) dan arus tarik-menarik antara globalisasi dan lokalisasi. Persoalan berikutnya adalah mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus tarik-menarik itu? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke belakang bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa lain baik bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di nusantara. Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Misalnya sebagai berikut.

Bahasa Asal: Contoh Kata yang Diserap:
• Bahasa Sanskerta agama, bahasa, cerita, cita, guru, harta, pertama, sastra, sorga, warta
• Bahasa Arab alam, adil, adat, daif, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah
• Bahasa Belanda pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil mempelai, keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut
Kesemua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui proses adaptasi sehingga sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Jadi, agaknya proses membuka diri terhadap pengaruh kosakata asing sudah berlangsung lama dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada era globalisasi ini kekhawatiran yang sangat mendalam terhadap pengaruh masuknya unsur-unsur asing terhadap bahasa Indonesia tidak terlu terjadi. Yang perlu dicermati adalah penagaruh asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.
3.2 Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam Era Globalisasi
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik. Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu dengan pendukung yang kecil telah berkembang menjadi bahasa Indonesia yang besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di Nusantara Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu telah “menggusur” sejumlah bahasa lokal (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yang semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang bernama masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja, bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang modern pula.
Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut. Perkembangan tersebut akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peranan yang strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan. Diramalkan bahwa masyarakat kawasan ini, yaitu Indonesia, Malasyia, Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam, dan Filipina akan menjadi salah satu global-tribe yang penting di dunia. Jika itu terjadi, bahasa Indonesia (lebih jauh bahasa Melayu) juga akan menjadi bahasa yang lebih bersifat global. Proses globalisasi bahasa Melayu (baru) untuk kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa Melayu untuk kawasan Asia Pasifik (mungkin termasuk Australia) menjadi tak terelakkan. Peranan kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukan pula bagaimana perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern. Bahasa dan sastra Indonesia sudah semenjak lama memiliki tradisi kosmopolitan. Sastra modern Indonesia telah menggeser dan menggusur sastra tradisi yang ada di pelbagai etnis yang ada di Nusantara.
Perubahan yang terjadi itu tidak hanya menyangkut masalah struktur dan bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru (atau lebih tepat manusia marginal dan tradisional) yang dialami manusia di dalam sebuah proses perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh dalam roman dan novel Indonesia. Lihatlah tokoh Siti Nurbaya di dalam roman Siti Nurbaya, tokoh Zainudin di dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, tokoh Hanafi di dalam roman Salah Asuhan, tokoh Tini, dan Tono di dalam novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip di dalam roman Priyayi. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia yang baru, dunia yang global, dengan tertatih-tatih.
Dengan demikian, satra Indonesia (dan Melayu) modern pada hakikatnya adalah sastra yang berada pada jalur yang mengglobal itu. Sebagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah dalam globalisasi karena ia memang berada di dalamnya. Yang menjadi soal adalah bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi yang kuat di tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana langkah untuk menjadikan masyarakatnya memiliki posisi kuat di tengah-tengah masyarakat dunia (lainnya).
Kalau merujuk kepada pandangan-pandangan Alvin Toffler atau John Naisbitt, dua peramal masa depan tanpa bola-bola kristal, bahasa Indonesia dan sastra Indonesia akan menjadi bahasa (dan sastra) yang penting di dunia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “Peranan Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah” dapat disimpulkan bahwa :
1. Di era globalisasi ini bahasa indonesia yang merupakan bahasa ibu masih tetap di pertahankan.
2. Perkembangan bahasa indonesia di era globalisasi akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peranan yang strategis dari masyarakat indonesia sendiri

4.2 SARAN-SARAN
Kita harus menjaga keberadaan bahasa indonesia di dalam era globlisai
Dalam era globalisasi kita harus tetap bangga memiliki dan menggunakan bahasa indonesia
Kita harus bisa memanfaatkan era globalisasi ini untuk kemajuan bahasa indonesia.
Dan saran-saran yang sifatnya membangun dari penbaca sangat kami butuhkan, untuk makalah-makalah kami berikutnya agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Esten, mursai."Bahasa Dan Sastra IndonesiaDi Era Globalisasi".Http://artikelbahasaindonesia.blogspot.com/2009/09/02/bahasa-dan-sastra-indonesia-di-era-globalisasi/
Muslich, Masnur."Bahasa Indonesia Dan Era Globalisasi".Http://pendidikan.wordpress.com/2010/08/12/bahasa-indonesia-dan-era-globalisasi/

BADAL (بدل)

1. Pengertian Badal
البدل هوالتابع المقصود بالحكم بلاوسطة بينه وبين متبوعه
Tabi’ (lafadz yang mengikuti lafadz sebelumnya) yang di maksud dengan hukum, tanpa memakai perantara antara tabi’ tersebut dengan matbu’nya.
Contoh:أكلت الرغيف ثلثه
Saya telah makan roti sepertiganya.
Maksudnya roti yang dimakan itu hanya sepertiganya. Lafadz “ثلثه ” itulah yang di namakan badal (pengganti), sedangkan lafadz “الرغيف “ disebut mubdal minhu (yang di gantikan).
Contoh lainya: جاء زيدغلامه
Zaid telah datang pelayanya.
Maksudnya yang datang itu adalah pelayanya zaid, bukan zaidnya.
Maka badal dalam segala hal i’robnya harus mengikuti mubdal minhunya.
2. Pembagian Badal
Badal di bagi menjadi empat, yaitu:
a) Badal Kul Min Kul ( كل من كل)
Badal yang sesuai dengan mubdal minhunya dalam hal makna.
Contoh:جاء زيد أخوك
Zaid telah datang, yakni saudaramu.
Lafadz “أخوك “ menjadi badal dari lafadz “زيد “ . diantara kedua lafadz tersebut, telah sesuai dalam hal makna.
b) Badal Ba’dhu Min Kul(بعض من كل)
Badal yang menggantikan sebagian dari mubdal minhunya.
Contoh: أكلت الرغيف ثلثه
Saya telah makan roti sepertiganya.
Lafadz “ثلثه “ itu merupakan sebagian dari lafadz “الرغيف “.
c) Badal Isytimal(إشتمال)
Lafadz yang mengandung makna dari bagian mubdal minhunya, tetapi menyangkut makna maknawi bukan materi.
Contoh:نفعنى زيد علمه
Zaid telah bermanfaat bagiku, yakni ilmunya.
Lafadz “علمه “ tercakup oleh zaid.
d) Badal Mubayyan(مبيان)
Lafadz yang memperjelas mubdal minhunya.
Badal mubayyan ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Badal Gholath : lafadz yang di ucapkan sebagai pengganti lafadz sebelumnya, yang telah diucapkan lisan karena adanya kesalahan dalam pengucapan.
Contoh:جاء المعلم التلميذ
Telah datang seorang guru, murid
 Badal Nisyan : lafadz yang diucapkan untuk menggantikan lafadz sebelumnya, untuk memperjelas lafadz yang telah di ucapkan, setelah orang tersebut mengetahui bahwa yang diucapakn tersebut salah.
Contoh:سافر علي الى مكة دمشق
Ali pergi ke mekah, damaskus.
 Badal Idhrob : lafadz yang diucapakn yang bermaksud menyebutkan lafadz yang pertam, lalu setelah memberitakanya timbul untuk mengucapkan lafdz yang kedua.
Contoh:ركبت الدراجة السيارة
Aku telah mengendarai sepeda, bahkan mobil.

FIIL MUSYTAQ

Asal mustaq di ambil dari pecahnya sesuatu (pecahan kalimat) artinya asal tercetaknya kalimat itu di ambil dari kalimat lain.
Secara istilah yaitu pengambilan kalimat dari kalimat lain dengan syarat tercetaknya antara dua kalimat yang di bangsakandi dalam lafad dan makna serta runtutnya huruf bersamaan dengan berubahnya sighot. Seperti pengambilan lafad “اكتب من يكتب ” dan ini di ambil dari lafad “كتب “ dan ini di ambil dari “الكتابة “.
Dan definisi ini adalah definisi dari mustaq shogir, yang di bahas yaitu masalah ilmu tasrif, maka dalam definisi ini ada dua macam mustaq, yaitu:
1. Adanya mustaq di antara dua kalimat yang di bangsakan di dalam lafad dan makna bukan runtutnya huruf. Seperti: جذب و جبذ mustaq semacam inidi namakan mustaq kabir.
2. Adanya mustaq dia antara dua kalimat yang di bangsakan dalam makhorijul huruf.
Seperti: نهق و نعق yang ke dua ini di namakan mustaq akbar.
Mustaq ini ada yang dari fiil amar di ambil dari fiil mudore’,mudore; dari madhi, dan madhi dari masdar.
Masdar “ مصدر“ asalnya adalah shodaro “ صدر“ , dan setiap lafad yang di cetak itu asalnya adalah dari beberapa kalimat fiil dan sifat yang keduanya di serupakan, yaitu isim zaman, isim makan, isim alat, dan masdar mim.
Masdar itu asalnya mustaq, perkara tersebut sesungguhnya adalah masdar ghoiru mim adakalanya masdar mim mustaq dari fiil mudore’. Seperti yang di ketahui di dalam pembahasan masdar.

اشتقاق الماضى
Fiil madhi di ambil dari isim masdar berdasarkan atas wazan-wazan yang berbeda-beda. Seperti: كتب، أكرم، انطلق، استرشد

اشتقاق المضارع
Fiil mudore’ di ambil dari fiil madhi dengan menambah huruf mudhoro’ah di awalnya. Huruf mudoro’ah ada 4 yaitu: hamzah, ta’, nun, dan ya’. Contoh:اذهب، تذهب، نذهب، يذهب

Hamzah menunjukan arti mutakallim, seperti: أكتب
Ta’ menunjukan arti mukhotob dan mukhotobah satu untuk ghoibah dan 2 untuk ghoib, seperti:
تكتب، تكتبين، تكتبان، تكتبون، تكتبن، تكتب، تكتبان
Nun menunjukan kumpulnya mutakallimin, dan bagi mutakallim satu untuk mengagungkan diri sendiri, seperti: نكتب
Ya’ menunjukan arti ghoib satu, ghoib dua, ghoib banyak, ghoibat (perempuan banyak), seperti: يكتب، يكتبان، يكتبون، يكتبن
Apabila fiil madhi terdiri dari tiga huruf, maka mudore’nya di baca sukun pada awalnya, setelah kemasukan huruf mudoro’ah. Seperti:سأل=> يسأل، أخذ=>يؤخذ، كرم=> يكرم
Apabila fiil madhinya itu terdiri dari 4 huruf atau lebih, maka hamzah za’idahnya di buang dan di kasroh lafad yang sebelum akhir. Seperti:
اكرم=> يكرم ، انطلق=> ينطلق ، استغفر=> يستغفر
Jika di awalnya fiil madi itu adalah ta’ za’idah maka tetap tidak berubah. Seperti:
تكلم => يتكلم ، تقابل => يتقابل
Dan jika di awalnya tidak terdapat huruf ta’ dan hamzah za’idah, maka huruf sebelum akhir di baca kasroh. Seperti: تكلم=> يتكلم، بايع=> يبايع
Huruf mudoro’ah ada yang di baca fathah seperti: يعلم، تجتهد، تستغفر
Kecuali ketika adanya fiil tersebut empat hurufnya, maka huruf mudoro’ahnya di baca dhomah seperti: يكرم، يعظم

اشتقاق الأمر
Fiil amar di ambil dari fiil mudore’ dengan membuang huruf mudoro’ahnya, apabila lafad sesudahnya berharokat maka keadaanya tetap seperti: يتعلم => تعلم
Dan ketika sukun maka di tambahkan hamzah pada tempatnya huruf mudoro’ah seperti:
يكتب=>اكتب، يكرم=>اكرم، ينطلق=>انطلق
Hamzah amar yaitu hamzah washol maksuroh seprti: اعلم، انطلق، استقبل
Kecuali kalau fiil madhi berupa empat hurufnya, maka hamzahnya adalah hamzah khoto’ fathah seperti: اكرم، احسن، اعطى

Atau berupa fiil madhi yang tiga hurufnya dan mudoro’ahnya ikut wazan “يفعل “ (madmumul ‘ain) maka menggunakan hamzah washol dhomah seperti:
اكتب، انصر، ادخل mudhore’nya: يكتب، ينصر، يدخل

همزةالوصل
Hamzah za’idah yang bertempat di awal kalimat yang mana di datangkanya hamzah washol itu karena kusus sebagai ibtida’ yang sakinah (sukun) di sebut hamzah washol seperti: اكتب، استغفر، انطلق، اجتمع
Hukumnya hamzh washol itu di lafadkan dan di tulis ketika di awal kalimat, akan tetapi jika di tengah kalimat maka hanya ditulis saja tanpa di lafadkan.

تصريف الأسماء
JAMID DAN MUSTAQ
Isim di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Isim jamid yaitu isim yang tidak diambil dari fiil seperti: حجر، سقف، درهم
Jamid juga ada yang keluar dari af’al tsulasi mujarrod ghoiru mimmiyah
seperti: علم، قراءة
2. Isim mustaq lafad yang di ambil dari fiil seperti: عالم، متعلم، مجتمع، صعب

Isim-isim yang mustaq dari fiil ada sepuluh macam yaitu:
Isim fail, isim maf’ul, isim sifat mushabihat, isim fail mubalaghoh, isim tafdhil, isim zaman, isim makan,mashdar mim, masdar fiil fauqo tsulasi mujarod, dan isim alat.
Wazan-wazanya sebagai berikut:
فَعل، فعل، فعل، فعل، فعل، فعل، فعل، فعل، فعل، فعل، فعل، فعل
Ke 12 wazan tersebut berlaku kecuali “فعل “ dan “فعل “. Wazan “فعل “ di muhmalkan ( tidak berlaku), karena perpindahan dari kasroh ke dhommah itu oleh orang arab di anggap berat. Dan wazan “فعل “ sedikit berlakunya karena wazan ini di maksudkan untuk di kususkan sebagai wazan dari fiil madhi yang mabni majhul.

NO WAZAN MAUZUN BERUPA ISIM MAUZUN BERUPA SHIFAT
1 فعل فلس (uang) سهل (yang mudah)
2 فعل فرس (kuda) بطل (pahlawan)
3 فعل كبد (hati) حذر (yang kuat)
4 فعل رجل (orang lk) يقظ (yang waspada)
5 فعل عدل (karung) نكس (yang hina)
6 فعل عنب (anggur) ري (yang menyegarkan)
7 فعل ابل (unta) إبد (yang melahirkan)
8 فعل قفل (gembok) حلو (yang manis)
9 فعل صرد(burung shurod) حطم (yang kejam)
10 فعل عنق(leher) حنب (yang junub)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites